Jumat, 01 Desember 2017

Sejarah Miftachul Wachyudi (Yudee)


KEKASIH PUJAAN KAKANDA - BY MIFTACHUL WACHYUDI... by miftachulwachyudi


Miftachul Wachyudi (Yudee)
Miftachul Wachyudi atau akrab di panggil Yudee lahir di Gresik, 7 atau 11 Nofember 1981 tepatnya di Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik. Kakeknya bernama H. Soelhan adalah Pejuang kemerdekaan yang setelah pensiun bergabung di pondok pesantren sebagai sekretaris yayasan, Kakek Yudee pernah bercerita bahwa pada saat itu ketika Belanda datang ke Surabaya ia menyelam di kubangan air untuk bersembunyi sebelum keluar lalu menyerang Belanda. Ayah Yudee bernama M. Fatchur Rochman adalah seorang wira usaha sebelum menjadi pegawai yayasan. Ketika usia 6 tahun, ayahnya meninggal dunia dikarenakan penyakit paru-paru . Ketika itu Yudee masih duduk di kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif (Sekolah Dasar), 3 tahun berikutnya ibunya yang bernama Musholia menyusul dipanggil yang Maha Kuasa karena penyakit Kanker Rahim. Usia 8 tahun, dalam keadaan yatim piatu, Kakek Yudee (H. Soelhan) merencanakan untuk menyekolahkan di Akademi, namun justru dari keluarga Ibu menginginkan untuk di bawa/ disekolahkan di Denpasar. 2 Saudara perempuannya, seorang kakak bernama Tatik Fatmawati dan seorang adik bernama Laila Tur Rohmah. Laila Tur Rohmah ikut bersama nenek dari pihak Ibu sedangkan Tatik Fatmawati dan yudee yg masih berumur 8 tahun diantar oleh bibi dari pihak Ibu untuk ikut bersama 2 paman dan 1 (sepupu Paman) yang ada di Denpasar yang sudah di sana semenjak sekitar pertengahan tahun 70-an. Di Denpasar tinggal bersama 2 paman dan 1 (sepupu) Paman. Paman pertama Misbach H.M (kakak kandung Ibu) menikah dengan wanita asal Kabupaten Gianyar yang yang memiliki kasta ksatria (Desak/Dewa/keturunan raja) dan memiliki 3 orang anak (2 laki-laki dan seorang perempuan) /sepupu dari Yudee. Menurut Yudee, Ibu Kandungnya merupakan keturunan Negarawan Majapahit (Hayam Wuruk dan Gajah Mada). hal ini dibuktikan dari cerita sejarah dan letak geografis, Yudee pernah mendengar cerita dari juru kunci/ penjaga trowulan dimana paman dari Hayam Wuruk ada yang tinggal di dekat tempat kelahiran nenek dari pihak ibu, dan ditemukan situs peninggalan di dekat tempat kelahiran, meskipun masih bisa diperdebatkan, atau pun dari pihak Bapak Kandung ada keturunan dari Sunan Giri (terdapat Situs Raden Sakti yakni Putra/Cucu Sunan Giri ) di dekat tempat kelahiran kurang lebih sekitar 350 meter sebelah utara dari rumah. Sewaktu kecil Yudee juga diajarkan permainan Cublek-Cublek Suwung (suatu permainan tradisional yang merupakan ciptaan dari Sunan Giri) diajarkan oleh bibi / saudara kandung Ayah Yudee sewaktu Yudee masih kecil. Namun terlepas dari semua hal itu, jiwa kenegarawanan yang dimiliki oleh Yudee, sudah terlihat semenjak dididik di berbagai situasi dan kondisi lingkungan dimanapun. Paman kedua bernama Fery H.M (adik kandung Ibu) menikah dengan seorang wanita asal Kabupaten Karangasem (Kec. Antiga / Cempaga) dan memiliki 2 anak ( 1 laki-laki dan 1 perempuan) . sepupu Paman yang bernama Malik, menikah dengan wanita asal Kabupaten Negara yg juga berkasta ksatria (Dewa Ayu), memiliki 3 orang anak. Yudee kecil dibesarkan di lingkungan yang heterogen, majemuk dan bergaul dengan semua macam etnis, suku, bangsa, agama , dari berbagai macam kalangan , dan berbagai macam golongan/kasta. dibesarkan dalam sebuah keluarga yang sangat menyayangi sehingga rasa rindu itu ada. Hijrah ke Denpasar, Pamannya (Misbach HM) Menyekolahkan di SD Muhammadiyah I (dekat dengan Puri Pemecutan), rumah tempat tinggal cukup jauh dari sekolah sehingga harus berjalan di tengah Kota, sehingga tidak begitu banyak kegiatan atau aktivitas di sekolah selain waktu sekolah reguler. Jalan yang sering dilalui yakni Jalan Gajah Mada dan Jalan Hayam Wuruk , sehingga kedua tokoh ini selalu diingat dan dipelajari. Yudee juga supel bergaul dengan semua teman-teman baik di sekolah maupun di rumah, sehari-hari Yudee juga sering bermain dengan teman-teman sebaya dari kasta Brahmana yakni Ida Bagus Tedy Yasa ,dan adik-adiknya yakni Ida Bagus Weda Putra, Ida bagus Adi, dayu gek, permainannya antara lain permainan benteng2an, permainan petak umpet (dur-duran), permainan guli (kelereng) , bermain bandungan layangan, dan permainan tradisional lainnya, juga beberapa kali menonton bioskop bareng karena bertetangga dan didepan rumah ada bioskop di seberang jalan (film2 nya kebanyakan film mandarin , Barat dan film nasional), Ibu mereka dipanggil Ibu Jero (Ibu kandung Gus tedy bersaudara) berdarah / keturunan Tionghoa Bali dan sering mengajak Yudee bermain bulu tangkis menggunakan raket kayu dan shuttlecock di sore hari di depan toko. mereka (Gus Tedy bersaudara) pada saat itu juga adalah anak-anak Yatim, karena ayah mereka yakni Ida Bagus Aji meninggal dunia karena penyakit ginjal. Yudee juga sempat di lempari batu dan diteriaki serta hampir di ajak berkelahi oleh banyak anak - anak setempat ketika melewati Jalan Hayam Wuruk menuju arah timur, tapi Yudee berusaha tetap tenang dan tidak meladeni anak-anak tersebut. dan ketika dewasa tidak tau kemana keberadaan anak-anak tersebut ketika sudah dewasa.Yudee juga supel bergaul dengan semua masyarakat di sana sebagaimana anak2 kecil pada umumnya, baik dengan kalangan bawah maupun atas. Memasuki masa SMP, bibinya (yang asli Gianyar) mendaftarkan Yudee ke SMP Negeri 4 Denpasar. di sini lebih banyak kegiatan yang diikuti antara lain, mengikuti ekstra Pencak Silat, Karate, Basket, bulu tangkis, renang, sepak bola, dan sastra. di bidang akademis prestasi yang di raih yakni 3 besar Danem tertinggi.setelah itu memutuskan untuk melanjutkan ke SMK Negeri 1 Denpasar. kegiatan olah raga yang diikuti antara lain Pencak Silat, Karate, Basket, Bulu Tangkis, Sepak Bola. untuk Porseni (Pekan Olah Raga dan Seni) yang diikuti adalah cabang Pencak Silat. Pada saat diadakan Gerak Jalan Puputan Margarana mendapat gelar juara 2 se-Bali. Setelah menamatkan sekolah, memutuskan untuk bekerja di perusahaan swasta sambil mengikuti English Course / Kursus Bahasa Inggris di IALF (Indonesian Australian language Foundation) Denpasar untuk selama beberapa bulan .Selanjutnya Kurun waktu tahun 1999- 2004, hijrah ke berbagai macam tempat, dimulai dari Pulau Lombok (Ampenan, Mataram, Cakranegara, Praya , Selong ), lalu ke Pulau Sumbawa (Sumbawa Besar, Empang, Dompu, Bima, Sape,) hijrah lagi ke Pulau Flores (Labuhan Bajo, Ruteng, Bajawa, Ende) sampai menyebrang lagi ke pulau Ende, Nusa Tenggara Barat & Nusa Tenggara Timur,selama tahun-tahun tersebut sebagian besar waktu digunakan untuk berinteraksi dengan masyarakat sehingga sedikit banyak tahu kondisi mereka, Yudee sempat dijuluki Anak Seribu Pulau oleh teman Yudee yang bernama Yadi yang berasal dari Kalimantan Barat (Kec. Sekadau/Sanggau), dan Uda yg berasal dari Padang Sumatera Barat. Selanjutnya Yudee kembali ke Mataram (Pulau Lombok) dan sempat membuka usaha di Mataram , belajar dengan salah satu Dosen Kewirausahaan STAIN Mataram Lombok yang juga merupakan Sekretaris Cabang Partai Demokrat yang bernama Syarafuddin M.Pd., Wira Usaha Sendiri sebagai agen Buku-buku perkuliahan. Bergaul dengan Presiden BEM Universitas Mataram membuat pemikiran Yudee lebih mendalam mengenal aktivitas Mahasiswa dalam organisasi. Begitu juga ketika bergabung sebagai anggota APKLI membuat Yudee merasakan kondisi yang dialami masyarakat sekitar. Yudee sempat berendam di permandian Raja-Raja di Suranadi Narmada Lombok Barat (Dekat Kota Cakranegara), dan merasakan bagaimana para raja-raja zaman dulu beristirahat dan relaksasi menyegarkan badan di permandian tersebut. Kondisi ekonomi memaksa Yudee untuk kembali ke Denpasar pada pertengahan 2004, lalu bekerja di Swasta sampai tahun 2008, sempat kuliah di Universitas Teknologi Indonesia Denpasar, dan juga mengikuti Pendidikan Security 3 bulan tugas + 2 minggu di AURI Kuta dengan instructur Bapak Andry Kapoh (Mantan Kopassus), Bapak Anton (Mantan Marinir) dan Bapak Qodiran (Polri/mantan kapolda), lalu bertugas di Nusa Dua dan Sanur selama kurang lebih 3 bulan . Hingga akhir tahun 2008 ketika Lebaran, mudik ke tempat kelahiran dan secara kebetulan ada warisan orang tua yang terlantar yakni sebidang tanah yang akhirnya di sulap menjadi sebuah toko. Sambil mengelola usaha, melanjutkan kuliah dan aktif berorganisasi sebagai Presiden BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) di salah satu Perguruan Tinggi di Indonesia. Kemudian membentuk Organisasi Pengayom Kaki Lima untuk menampung aspirasi pedagang kaki lima. Selepas menamatkan S1 dan sekaligus dilanjutkan dengan S2 (Magister) , memutuskan untuk membuat suatu organisasi yakni PIA pada tanggal 1 Oktober 2013 bertepatan dengan Hari Kesaktian Pancasila pukul 00.00 WIB sebagai sebuah Ide/Pemikiran pada saat itu, dan juga Sebagai wujud kontribusi dalam Perpolitikan Nasional meskipun belum terdaftar dan memiliki anggota namun tidak jadi terwujud , 5 hari kemudian tepatnya tanggal 5 Oktober 2013 bertepatan dengan Hari TNI memiliki sebuah ide lagi untuk membuat sebuah organisasi lagi yakni GERABIMA (Gerakan Indonesia Besar dan Maju)yang akhirnya berubah nama menjadi Partai Wibawa Indonesia ( 2 tahun kemudian didaftarkan ke notaris setelah sebelumnya didaftarkan ke Kepala Desa (Bapak Muhammad Nashihin), sebagai salah satu persyaratan untuk akta notaris) ……Partai Wibawa Indonesia yang didirikan Yudee sepenuhnya berasaskan Pancasila, UUD 45, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, dan taat pada PERRPU . Miftachul Wachyudi (Yudee) berposisi sebagai Pendiri dan Ketua , dan Juga Sekaligus Calon Presiden Republik Indonesia dari organisasi Partai tersebut. Hal ini dibarengi dengan peristiwa meletusnya Kelud, lalu kemudian Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat pada tgl 5/10/2013 pukul 17.05 WIB dan juga terjadi peristiwa aneh dan menyedihkan yakni terjadinya Topan Haiyan di Philipina yang menelan korban 10.000 jiwa dan kerugian 160 trilyun pada tanggal 11 Nofember 2013 . …… Pada hari Minggu tanggal 15 Oktober 2013 sesudah melaksanakan sholat Idul Adha, Yudee melakukan perjalanan napak tilas ke trowulan melalui jalur yang terdekat yakni dari Bungah, Sembayat, Manyar, Bunder, Cerme, Balong Panggang, Mojokerto dan Trowulan untuk mengamati suasana Idul Qurban masyarakat sekitar juga berekreasi sekaligus mempelajari masa keemasan Majapahit di masa lalu ……Partai Wibawa Indonesia yang didirikan Yudee sepenuhnya berasaskan Pancasila, UUD 45, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, dan taat pada PERPPU.
Dalam perilaku Yudee sehari-hari, Meskipun kekayaan semakin bertambah, Yudee tetap hidup sebagai orang yang sederhana, ia lebih memilih untuk menggunakan hartanya untuk hal-hal yang lebih penting. Orang-orang di sekeiling Yudee sangat mencintai dan menyayangi Yudee. ia dikenal karena sifat-sifatnya yang terpuji. Semua orang sangat mencintainya, karena ia orang yang dapat dipercaya”. Miftachul Wachyudi (Yudee) adalah orang yang percaya sepenuhnya dengan keesaan Allah (Tuhan Yang Maha Esa), meneladani Rasulullah Muhammad SAW. Yudee hidup dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat tamak, angkuh dan sombong . Ia dikenal menyayangi orang-orang miskin, orang-orang yang tak mampu dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan dengan berusaha menolong mereka. Ia juga menghindari semua kejahatan-kejahatan seperti berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan kasar dan lain-lain, ia dikenal sebagai seorang yang baik hati. Miftachul Wachyudi (Yudee) adalah calon Presiden Republik Indonesia dari Partai Wibawa Indonesia (sebelumnya bernama Gerabima).



Miftachul Wachyudi (Yudee)
==Miftachul Wachyudi (Yudee) Miftachul Wachyudi atau akrab di panggil Yudee lahir di Gresik, 7 atau 11 Nofember 1981 tepatnya di Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik. Kakeknya bernama H. Soelhan adalah Pejuang kemerdekaan yang setelah pensiun bergabung di pondok pesantren sebagai sekretaris yayasan, Kakek Yudee pernah bercerita bahwa pada saat itu ketika Belanda datang ke Surabaya ia menyelam di kubangan air untuk bersembunyi sebelum keluar lalu menyerang Belanda. Ayah Yudee bernama M. Fatchur Rochman adalah seorang wira usaha sebelum menjadi pegawai yayasan. Ketika usia 6 tahun, ayahnya meninggal dunia dikarenakan penyakit paru-paru . Ketika itu Yudee masih duduk di kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif (Sekolah Dasar), 3 tahun berikutnya ibunya yang bernama Musholia menyusul dipanggil yang Maha Kuasa karena penyakit Kanker Rahim.  Kakek Yudee (H. Soelhan) merencanakan untuk menyekolahkan di Akademi, namun justru dari keluarga Ibu menginginkan untuk di bawa/ disekolahkan di Denpasar. Dalam perilaku Yudee sehari-hari, Meskipun kekayaan semakin bertambah, Yudee tetap hidup sebagai orang yang sederhana, ia lebih memilih untuk menggunakan hartanya untuk hal-hal yang lebih penting. Orang-orang di sekeiling Yudee sangat mencintai dan menyayangi Yudee. ia dikenal karena sifat-sifatnya yang terpuji. Semua orang sangat mencintainya, karena ia orang yang dapat dipercaya". Miftachul Wachyudi (Yudee) adalah orang yang percaya sepenuhnya dengan keesaan Allah (Tuhan Yang Maha Esa), meneladani Rasulullah Muhammad SAW. Yudee hidup dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat tamak, angkuh dan sombong . Ia dikenal menyayangi orang-orang miskin, orang-orang yang tak mampu dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan dengan berusaha menolong mereka. Ia juga menghindari semua kejahatan-kejahatan seperti berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan kasar dan lain-lain, ia dikenal sebagai pembela kebenaran. Miftachul Wachyudi (Yudee) adalah calon Presiden Republik Indonesia dari organisasi Partai Wibawa Indonesia (sebelumnya bernama Gerabima). Miftachul Wachyudi (Yudee) Mendeklarasikan diri menjadi Calon Presiden Republik Indonesia dari organisasi Partai Wibawa Indonesia pada usia 32 tahun (2013), sehingga menurutnya merupakan calon Presiden termuda dalam sejarah Bangsa Indonesia. Meskipun jauh-jauh hari / beberapa tahun sebelumnya sudah tersusun dan terencana berbagai macam program dengan baik.





Jumat, 03 Juni 2011

MAKALAH TEORI BELAJAR HUMANISME














































MAKALAH

Teori Belajar Humanisme
Menurut Carl Rogers

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan


Disusun Oleh:
MIFTACHUL WACHYUDI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM QOMARUDDIN
BUNGAH GRESIK
2011-2012


KATA PENGANTAR

Alhamduliilahirobbil’alamin, penulis memuji syukur kehadirat Allah SWT karena sampai detik ini Allah SWT masih bermurah hati memberikan segala karunia-Nya sehangga penulis dapat menyelesaikan makalah “Teori Pembelajaran Humanistime” yang disusun guna memenuhi tugas mata kuliah psikololgi pendidikan.
Salam sejahtera semoga tetap tercurahkan pada nabi Muhammad SAW sebagai Rahmatan Lil’alamin. Semoga kelak kita menjadi salah satu umatnya yang mendapatkan syafa’at dari beliau. Amin, Ya Robbal’alamin.
Pada kesempatan kali ini panulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan baik dari segi moril maupun mateil dan yang secara langsung maupun tidak langsung
Sebagai hamba Allah Swt, penulis yakin bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu dengan segala krendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi memperoleh hasil yang lebih baik dikesempatan mendatang.


Gresik, 17 Januari 2011


Penulis



DAFTAR ISI


I. HALAMAN DEPAN……………………………………………… i
II. KATA PENGANTAR………………………………………… ii
III. DAFTAR ISI……………………………………………………iii
IV. BAB I PENDAHULUAN……………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………… 1
B. Rumusan Masalah………………………………………….. 1
C. Tujuan Penulisan…………………………………………… 1
V. Bab II PEMBAHASAN……………………………………… 2
A. Pengertian Teori Humanisme……………………………. 2
B. Teori Humanisme Menurut Rogers………………………. 3
C. Aplikasinya dalam Dunia Pendidikan……………………. 5
1. Pendidikan humanis…………………………...
2. Pendidik humanis………………………….......
VI. BAB III PENUTUP……………………………………………. 7
A. Kesimpulan………………………………………………… 7
B. Saran……………………………………………………….. 7
VII. DAFTAR PUSTAKA………………………………………….. 8
\
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Belajar merupakan suatu hal yang paling vital dalam setiap usaha penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, sehingga tanpa proses belajar takkan pernah ada pendidikan. Proses belajar itu terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam diri peserta didik. Belajar dan pembelajaran berhubungan sangat erat karena pembelajaran merupakan suatu proses yang digunakan dalam belajar. Belajar dan pembelajaran juga terjadi secara bersama-sama dan beriringan. Pembelajaran merupakan suatu aktifitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisiyang diarahkan pada tercapainya suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan pendidikan.
Sebagai calon pendidik kelak yang tidak hanya difungsikan sebagai staff pengajar tetapi juga sebagai orang tua kedua dilingkungan sekolah, diharapkan dapat memahami kondisi kejiwaan dan memahami karakteristik dari peserta didiknya. Serta mengetahui model pembelajaran yang dikuasai olah peserta didiknya. Dan diharapkan agar dapat mengerti, memahami serta dapat mengaplikasikan salah teori pembelajaran, yaiti teori pembelajaran humanisme.

Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan teori pembelajaran humanisme?
bagaimana penjelasan Carl Roger mengenai teorinya?
Bagaimana aplikasinya dalam dunia pendidikan?

Tujuan
Mahasiswa mengerti dan memahami tentang teori belajar humanisme yang dikmukaakn oleh Rogers.
Mahasiswa dapat mengaplikasikan pembelajaran humanis terhadap dirinya sebagai subyek pendidikan.



BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Humanisme
Teori belajar Humanisme memandang bahwa perilaku manusia ditentukan oleh faktor internal dirinya dan bukan oleh kondisi lingkungan ataupun pengetahuan. Menurut teori belajar humanisme, aktualisasi diri merupakan puncak perkembangan individu. Kebermaknaan perwujudan dirinya itu bahkan bukan saja dirasakan oleh dirinya sendiri, tetapi juga oleh lingkungan sekitarnya.
Menurut teori belajar humanisme, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika peserta didik memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambatlaun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Bagi penganut teori humanistik, proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Teori ini sangat menekankan pentingnya “isi” dari proses belajar. Dalam kenyataannya teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuiknya yang paling ideal. Dengan kata lain teoti ini lebih tertarik pad aide belajar dalam bentukny yang paling ideal daripada belajar apa adanya, seperti apa yang biasa kita amati dalam keseharian. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuannya untuk “memanusiakan manusia” mencapai aktualisasi diri dan sebagainya dapat tercapai.[1]
Perhatian psikologi humanistikyang terutama tertuju pada masalah bagaimanatiap-tiap inividu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribasi nereka yang mereka hubungkan dengan pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Menurut para pendidik aliran mumanustik, penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa. Tujuan utama pada pendidikan adalah membantu anak untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu unytuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam merealisasikan / mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka. Dalam menyoroti masalah perilaku, para ahli psikologi behaviorist dan humanistik mempunyai pandangan yang berbeda. Para behaviorist memandang orang sebagai makhluk reaktif yang memberikan responnya terhadap lingkungan; pengalaman mas lampau dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Sebliknya, para humanist mempunyai pendapat bahwa tiap orang itu menentukan perilaku mereka sendiri, mereka bebas memilih kualitas hidup mereka dan tak terikat pada lingkungannya.[2]
Pendekatan humanisme diikhtisarkan sbb;
· Siswa akan maju menurut iramanya sendiri dengan suatu perangkat materi yang sudah ditentukan lebih dulu untuk mencapai suatu perangkat tujuan yang telah ditentukan pula dan para siswa bebas menentukan cara mereka sendiri dalam mencapai tujuan mereka.
· Pendidik aliran humanistik mempunyai perhatian yang murni dalam pengmbangan anak-anak, perbedaan-perbedaan individual

B. Teori Humanistik Menurut Carl Rogers
Metode yang diterapkan Rogers dalam psikoterapi awalnya disebut non direktive atau terapi yang berpusat pada klien (client centered therapy), dan pioner dalam risetnya pada proses terapi. Pendekatan terapi yang berpusat pada klien dari Rogers sebagai metode untuk memahami orang lain, menangani masalah-masalah gangguan emosional. Rogers berkeyakinan bahwa pandangan humanistik dan holisme terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Dalam teorinya, klien diajak untuk memahami diri dan pada akhirnya menyadari untuk mengembangkan diri secara utuh (berfungsi secara u
Lima sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being):
1. Keterbukaan pada pengalaman
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman dengan fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan demikian ia akan mengalami banyak emosi (emosional) baik yang positip maupun negatip.
2. Kehidupan ekstansial
Kualitas dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.
3. Kepercayan terhadap organisme orang sendiri
Pengalaman akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap pengalaman itu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik.
4. Perasaan bebas
Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak pada peristiwa di masa lampau sehingga ia dapat meilhat sangat banyak pilihan dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang ingin dilakukannya.
5. Kreatifitas
Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka sendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan cirri-ciri bertingkah laku spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam di sekitarnya
Carl Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapist hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik assessment dan pendapat para terapist bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment kepada klien.
Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi -potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa kanak - kanak. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis.
Pandangan ini dikembangkan berdasarkan terapi yang dilakukannya. Kehidupan yang sebaik-baiknya bukan sasaran yang harus dicapai, tetapi arah dimana orang dapat berpartisipasi sepenuhnya sesuai dengan potensi alamiahnya. Berfungsi utuh adalah istilah yang dipakai Rogers untuk menggambarkan individu yang memakai kapasitas dan bakatnya, merelisasi potensinya, dan bergerak menuju pemahaman yang lengkap mengenai dirinya sendiri dan seluruh rentang pengalamannya / unconditional positive regards
Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa
3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
Rogers menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip belajar humanistik yang penting diantaranya ialah :
1. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
2. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
4. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
5. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
6. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
7. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
8. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
9. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
10. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.[3]
Salah satu model pendidikan terbuka mencakuo konsep mengajar guru yang fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif.
Carl Rogers menyatakan pentingnya penerimaan tanpa syarat, penghargaan dan hubungan yang nyaman antara terapis dan klien, hubungan dialogis yang memberdayakan klien untuk mencapai aktualisasi diri siswa [4](dalam Palmer, 2003). Implikasi ajaran tersebut dalam bidang pendidikan adalah perlunya perilaku guru yang menerima siswa sesuai potensinya, menciptakan hubungan yang saling percaya dan nyaman, hubungan dialogis yang memberdayakan siswa untuk mencapai aktualisasi diri. Pengajaran yang baik adalah “proses yang mengundang siswa untuk melihat dirinya sebagai orang yang mampu, bernilai, dan mengarahkan diri sendiri, dan pemberian semangat kepada mereka untuk berbuat sesuai dengan persepsi dirinya tersebut” (Purkey & Novak, dalam Eggen & Kauchak, 1997).
Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang semata-mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta perkembangan orang lain. Rogers berpandangan bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya.

C. Aplikasi teori belajar humanisme dalam pendidikan
1. Pendidikan Humanistik
Menurut Rogers (dalam Palmer, 2003) dalam proses pendidikan dibutuhkan rasa hormat yang positif, empati, dan suasana yang harmonis/tulus, untuk mencapai perkembangan yang sehat sehingga tercapai aktualisasi diri
Salah satu cara untuk mendeskripsikan pendidikan humanistik adalah dengan melihat apa yang terjadi di kelas. Kirchenbaum dalam (Roberts, 1975) melihat ada 5 dimensi yang dapat dijadikan jalan untuk menjadi kelas yang humanis.

Pilihan dan kendali diri
Dalam hidupnya siswa dihadapkan dengan proses menetapkan tujuan dan membuat keputusan. Pendidikan humanistik memfasilitasi kemampuan tersebut dengan memberikan latihan mengambil keputusan terkait dengan tujuan sekolah maupun aktivitas harian. Siswa dapat dilatih melalui aktivitas kegiatan siswa dan belajar yang memungkinkannya memiliki pilihan dan kendali dalam merancang, menetapkan tujuan, memutuskan, dan mempertanggung jawabkan keputusan yang telah dibuatnya.
Memperhatikan minat dan perasaan siswa
Kelas menjadi humanis ketika kurikulum dan pembelajaran menunjukan perhatian pada minat dan perasaan siswa. Mengkaitkan materi pelajaran dengan minat, pengetahuan, dan pengalaman yang sudah dimiliki siswa dan meminta tanggapan siswa merupakan contoh aktivitas yang dinilai siswa memperhatikan minat mereka.
Manusia seutuhnya
Perlu perubahan orientasi pembelajaran dan penilaian dari orientasi aspek kognitif menuju ke arah perhatian, penghormatan, dan penghargaan terhadap siswa sebagai manusia seutuhnya. Integrasi ketrampilan berpikir dengan kecakapan hidup yang lain sangat penting agar lebih efektif menjadi individu.
Evaluasi diri
Pendidikan humanistik bergerak dari evaluasi yang dikontrol guru menuju evaluasi yang dilakukan oleh siswa. Siswa perlu difalitasi untuk memantau kemajuan belajarnya sendiri baik melalui tes atau umpan balik dari orang lain.
Guru sebagai fasilitator
Guru perlu mengubah peran, yaitu berubah dari sebagai direktur belajar menjadi fasilitator atau penolong. Guru hendaknya lebih suportif daripada mengkritisi, lebih memahami daripada menilai, lebih real dan asli daripada berpura-pura. Jika keadaan tersebut dapat dilakukan maka akan berkembang hubungan menjadi resiprokal, yaitu guru sering menjadi pembelajar, dan siswa sering menolong dan mengajar juga.
Untuk mengembangkan pendidikan yang humanis maka diperlukan:
1. Pendidikan yang menghargai dan mengembangkan segenap potensi manusia; tidak saja dimensi kognitif, namun juga kemampuan afektif, psikomotorik dan potensi unik lainnya. Siswa dihargai bukan karena ia seorang juara kelas melainkan karena ia mengandung potensi yang positif.
Interaksi antara siswa dan guru yang resiprokal dan tulus
Tanpa hubungan yang saling percaya dan saling memahami maka pendidikan yang mengeksporasi segenap perasaan dan pengalaman siswa sulit untuk dilaksanakan.
Proses pembelajaran yang mendorong terjadinya proses interaksi dalam kelompok dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi pengalaman, kebutuhan, perasaannya sendiri sekaligus belajar memahami orang
Pengembangan metode pembelajaran yang mampu menggerakkan setiap siswa untuk menyadari diri, mengubah perilaku, dan belajar dalam aktivitas kelompok melalui permainan, bermain peran dan metode belajar aktif lainnya.
Guru yang peduli, penuh perhatian, dan menerima siswa sesuai dengan tertinggi setiap insan.
Mengembangkan sistem penilaian yang memungkinkan keterlibatan siswa misalnya dengan penilaian teman sebaya, dan siswa menilai kemajuan yang telah dicapai sendiri melalui evaluasi diri.

2. Pendidik yang Humanistik
Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator:
Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada pencintaan suasana awal,situasi kelompok, atau pangalaman kelas.
Fasilitator membantu untuk memproleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat lebih umum.
Mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tutjuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendurong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
Mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untukmembntu mencapai tujuan mereka.
Menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bgi individual ataupun bagi kelompok.
Bilamana cuacu penerimaan kelas telah mantap, fasilitator berangsur-angsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pandangannya sebagai seorang anividu, seperti siswa yanglain.
Mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksaan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa.
Harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar.
Di dalam berperan sebagai fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk mengenali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.[5]
Salah satu model pendidikan terbuka mencakup konsep mengajar guru yang fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif
Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah:
Merespon perasaan siswa
Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
Menghargai siswa
Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa.
Tersenyum pada siswa.
Borton (dalam Roberts, 1975) lebih lanjut menjelaskan beberapa karakteristik peran pendidik humanistik disamping perhatian terhadap perasaan siswa “disini dan kini”, yaitu :
Guru memfasilitasi siswa mempelajari dirinya sendiri, memahami perasaan dan tindakan yang dilakukannya
Guru mengenali harapan dan imajinasi siswa sebagai bagian penting dari kehidupan siswa dan memfasilitas proses saling bertukar perasaan
Guru memperhatikan bahasa ekspresi non verbal, seperti gesture dan suara. Melalui ekspresi non verbal ini beberapa keadaan perasaan dan sikap dikomunikasikan oleh siswa.
Guru menggunakan permainan, improvisasi, dan bermain peran sebagai cara untuk menstimulasi perilaku yang dapat dipelajari dan diubah.
Guru memfasilitas belajar dengan menunjukkan secara eksplisit tentang bagaimana prinsip-prinsip dasar dinamika kelompok sehingga siswa dapat lebih bertanggung jawab untuk mendukung belajar mereka.
Menurut Hamacheek,1996; Guru yang efektif tampaknya adalah guru yang “manusiawi”. Mereka mempunyai rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis dripada autaktorik, dan mereka mampu berhubungan dengan mudah dan wajar dengan para siswa, baik secara perorangan maupun secara kelompok. Guru yang tidak efektif jelas kurang memiliki rasa humor, mudah menjadi tidak sabar, mengunakan komentar-komentar yang melukai dan mengurangi rasa ego,kurang integrasi, cenderung agak otoriter, dan biasanya kurang peka terhadap kebutuhan-kebutuhan siswa mereka.
Menurut Combs dan kawan-kawan, cirri-ciri guru yang baik adalah;
Guru yang mempunyai anggapan bahwa orang lain itu mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah mereka sendiri dengan baik.
Guru yang melihat bahwa orang lain mempunyai sifat ramah dan bersahabat dan bersifat ingin berkembang.
Guruyng cenerung melihat orng lain sebagai orang yang septutny dihargai.
Guru yng melihat orang-orang dan perilku mereka pada dasarnya berkembang dari dalam; jdi, bukan merupakan produk dari peristiwa-peristiwa eksternal yang dibentuk dan digerakkan. Dia melihat orang-orang itu mempunyai kreatifitas dan dinamika; jadi bukan orang yang pasif atau lamban.
Guru yang menganggap orang lain itu pada dasarnya dapat dipercayai dan dpat diandalkan dalam pengertian dia akan berperilaku menurut aturan-aturan yang ada.
Guru yang melihat orng lain itu dapat memenuhi dan memingkatkan dirinya, bukan menghalangi, aplagi mengancam.

2. Aplikasi dalam Pembelajaran
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.

Belajar adalah menekankan pentingnya isi dari proses belajar bersifat eklektik, tujuannya adalah memanusiakan manusia atau mencapai aktualisasi diri. Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran guru lebih mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Hal ini dapat diterapkan melalui kegiatan diskusi, membahas materi secara berkelompok sehingga siswa dapat mengemukakan pendapatny masing-masing di depan kelas. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila kurang mengerti terhadap materi yang diajarkan.Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori belajar humanisme memandang manusia secara utuh sebagai manusia. dan tujuan belajarnya adalah untuk memanusiakan manusia. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah mambantu siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu masing- masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi- potensi yang ada pada diri mereka.
B. Saran
Pengertian, prinsip, dan perkembangan teori pembelajaran hendaknya dipahami oleh para pendidik dan diterapkan dalam dunia pendidikan dengan benar, sehingga tujuan pendidikan akan benar-benar dapat dicapai. Dengan memahami berbagai teori belajar, prinsip-prinsip pembelajaran dan pengajaran, pendidikan yang berkembang di bangsa kita niscaya akan menghasilkan out put-out put yang berkualitas yang mampu membentuk manusia Indonesia seutuhnya.



DAFTAR PUSTAKA
1. B. Uno, Hamzah. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
2. http://rohman-makalah.blogspot.com/2008/07/teori-belajar-akhmad-sudrajat-m.html
3. Palmer, J.A. (editor). 2003. 50 Pemikir Pendidikan. Dari Piaget Sampai Masa Sekarang. (terjemahan : Farid Assifa). Yogyakarta : Penerbit Jendela.
4. Roberts, T.B. 1975. Four Psychologies Applied to Education. New York : Schenkman Publishing Company Halsted Press Division John Wiley and Sons
5. Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan, Landasan Kerja Pemimpin
Pendidikan. Jakarta: Rieneka Cipta.

[1] Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara. 2006. hal 13
[2] Drs. Tadjab, M.A. Ilmu Jiwa Pendidikan. Surabaya : Karya Abditama. 1994. hal 79-80.
[3] Drs. Tadjab, M.A. Ilmu Jiwa Pendidikan. Surabaya : Karya Abditama. 1994. hal 82-83.
[4] Palmer, J.A. (editor). 2003. 50 Pemikir Pendidikan. Dari Piaget Sampai Masa Sekarang. (terjemahan : Farid Assifa). Yogyakarta : Penerbit Jendela

[5] Drs. Wasty Soemanto, M.Pd. Psikologi Pendidikan, Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, Jakarta: Rieneka Cipta.1998. hal. 233-234